Afghanistan menyatakan Selasa (3/11) sebagai hari berkabung nasional untuk menghormati 22 orang yang tewas dalam serangan mengerikan sehari sebelumnya di Universitas Kabul, yang diklaim dilakukan ISIS. Sebagian besar yang tewas adalah pelajar, sementara 22 orang lainnya luka-luka, beberapa di antaranya kritis.
Serangan brutal selama berjam-jam pada hari Senin (2/11) adalah serangan kedua terhadap sebuah lembaga pendidikan di ibu kota Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir di tengah meningkatnya kekerasan dan kekacauan di Afghanistan. Serangan itu bahkan berlangsung sementara kelompok Taliban dan perunding pemerintah mengadakan pembicaraan damai di Qatar.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Selasa (3/11) menyatakan akan membalas serangan ISIS terhadap para mahasiswa yang tidak berdosa yang menjadi korban. Ia bahkan menyatakan akan memberantas ISIS.
Afiliasi ISIS di Afghanistan juga mengklaim serangan sebelumnya pada 24 Oktober yang menewaskan 24 siswa. Serangan itu terjadi di kawasan Dasht-e-Barchi yang mayoritas warganya Syiah. Afiliasi ISIS itu telah menyatakan perang terhadap minoritas Syiah di negara itu dan telah mengklaim melakukan sejumlah serangan ganas sejak kehadirannya di Afghanistan Timur pada 2014.
Di luar Universitas Kabul, Selasa (2/11), sekelompok kecil demonstran berkumpul menuntut gencatan senjata dan mendesak pemerintah untuk menarik diri dari perundingan damai sampai gencatan senjata permanen diumumkan. Beberapa demonstran mengusung poster bertuliskan “Mengapa kamu membunuh kami? ''
ISIS bukan bagian dari pembicaraan damai, dan meskipun mereka mengklaim bertanggung jawab, pemerintah menyalahkan Taliban atas serangan itu. Taliban, seperti halnya pasukan keamanan Afghanistan, sedang memerangi ISIS dan di bawah kesepakatan yang ditandatangani dengan AS, Taliban telah berkomitmen untuk memerangi militansi, khususnya ISIS. [ab/uh]