Pada mulanya adalah sebuah cuitan Twitter yang mengatakan bahwa Elon Musk, pendiri perusahaan mobil listrik Tesla telah mendapat pendanaan untuk menswastanisasi bisnisnya dan tidak lagi menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di bursa.
Kemudian muncul tambahan yang mengatakan perjanjian pendanaan itu, yang kabarnya akan datang dari pengusaha Arab Saudi belum tuntas, dan dua minggu kemudian dikabarkan rencana privatisasi Tesla, batal.
Menurut kantor berita Associated Press ini menunjukkan bahwa Elon Musk, jenius dan arsitek dibalik mobil yang tidak menggunakan bensin itu, pendiri perusahaan roket SpaceX dan perusahaan pembuat panel surya, tampaknya sedang mengalami kekacauan pikiran.
Ketika Musk mengumumkan ia telah mendapat pendanaan untuk menjadikan perusahaan tertutup, industri mobil terkejut dan sahamnya melonjak. Tapi kemudian timbul laporan bahwa Tesla bisa dituntut karena memberikan keterangan yang tidak benar dan bisa merugikan investor.
“Sebelum mengumumkan akan menswastanisasi perusahaannya, kredibilitas Elon Musk sudah dipertanyakan, walaupun investor pada umumnya masih punya kepercayaan pada Musk,” kata Erik Gordon, pakar bisnis dan hukum pada Universitas Michigan, Sabtu (25/8). “Pengumuman bahwa ia akan menswastanisasi perusahaannya telah membuat kredibilitasnya turun ke tingkat hampir nol,” kata Gordon.
Kisahnya dimulai tanggal 7 Agustus, ketika Musk sedang bermobil menuju ke sebuah bandara. Ia mengirim cuitan yang mengatakan akan menswastanisasi perusahaannya dan telah mendapat pendanaan untuk itu. Investor akan dibayar $420 dolar per saham, naik 23 persen dibanding harga pada penutupan pasar sehari sebelumnya. Tidak ada rincian lebih lanjut, tapi saham Tesla melonjak 11 persen hari itu.
Kalau rencananya terlaksana, membeli semua saham Tesla dengan harga $420 per saham akan berarti Elon Musk harus punya dana kira-kira $72 miliar.
Tapi dalam sebuah pesan blog yang ditulisnya enam hari kemudian, Musk mengatakan uang pembeli saham itu belum pasti, dan ia mengungkapkan bahwa sumbernya adalah Dana Investasi Publik Arab Saudi.
Musk yang memiliki 20 persen saham Tesla mengatakan ia memperkirakan hanya sepertiga pemegang saham akan menjual saham mereka, dan itu berarti ia hanya memerlukan kira-kiara $24 miliar.
Dua minggu kemudian, Musk membuat pernyataan yang mengatakan bahwa setelah berbicara dengan calon-calon investor, rencana privatisasi itu dibatalkan.
Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) dilaporkan sedang menyelidiki Tesla atas kemungkinan berusaha memanipulasi harga sahamnya.
Dalam keadaan normal, kalau perusahaan akan diprivatisasi, CEO perusahaan itu harus memberi tahu Dewan Direksi perusahaan, dan dimulainya proses untuk menilai untung ruginya langkah itu, kata Peter Henning, profesor ilmu hukum di Wayne State University. Kalau semuanya beres,rencana itu akan dilaporkan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa sebelum diumumkan secara luas. [ii]