Membawa pengeras suara, pria yang dikenal sebagai Aa Gym itu menyapa sekelompok warga yang tengah berkumpul di warung. Dengan gaya khasnya yang santun, dia menjelaskan bahaya virus corona dan mengimbau warga diam di rumah.
“Sekuat tenaga jangan keluar, karena tiap orang bisa nyebarin virus. Kalau pun keluar seperlunya saja ya,” ujar pria 58 tahun tersebut.
“Dan jangan dekat-dekat, usahakan jaraknya minimal satu meter dua meter, jangan ngumpul dekat karena bisa kena ludahnya atau kena nafasnya mungkin juga nular,” tambahnya.
Aksi tersebut diunggah di akun Instagram pribadinya yang memiliki 5,3 juta pengikut, tanpa menyebutkan lokasi.
Dalam interaksinya bersama warga, Aa Gym tak lupa meminta warga bersabar selama dua pekan guna mengurangi penularan virus.
“Banyak zikir di rumah, sholat juga nggak apa-apa di rumah. Bahaya bahaya, kasih tahu yang lain. Assalamualaikum,” ujarnya menutup percakapan tersebut.
Video itu pun mendapat respon positif di berbagai platform media sosial.
Aa Gym, yang juga memiliki 3,1 juta pengikut di Twitter, sebelumnya merilis video terpisah, meminta umat muslim mengikuti fatwa MUI untuk beribadah dari rumah.
“Insya Allah niat dan kebiasaan kita ke masjid, akan tetap mengalirkan pahala yang sama,” ujarnya seraya menjelaskan dia dan keluarga beribadah dari rumah sementara waktu.
Pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid di Bandung ini menambahkan, pihaknya menutup sementara semua masjid di bawah lembaganya untuk sholat jamaah dan sholat Jumat.
“Naungan bukan karena ragu terhadap janji jaminan Allah, melainkan karena tanggungjawab kita bersama untuk mencegah penyebaran virus ini,” tambahnya.
Tokoh Agama Dinilai Efektif
Aksi tokoh agama seperti Aa Gym dinilai efektif untuk menjelaskan COVID-19 ke masyarakat akar rumput, ujar Dosen Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) Santi Indra Astuti.
“Kultur masyarakat kita paternalistik, patronnya adalah tokoh-tokoh religius, kehadiran mereka sangat penting,” ujarnya kepada VOA.
Selain itu, tambah Santi, tokoh agama bisa menerjemahkan istilah-istilah rumit dengan bahasa yang lebih merakyat.
“Ketika tokoh agama ini turun ke masyarakat akar rumput, turut memberikan, menertibkan umatnya, itu akan sangat membantu upaya pemerintah, yang terus terang sampai sekarang masih sulit menerapkan social distancing,” tambahnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum lama ini mengumpulkan sejumlah influencer untuk mensosialisasikan pencegahan corona. Namun, menurut Santi, influencer di jagat maya belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Integrasi dari semua unsur masyarakat. Pertemukanlah influencer itu dari kalangan agama dari kalangan tokoh masyarakat dan sebagainya,” jelas Anggota Jaringan Peneliti Literasi Digital ini.
Dia menambahkan, penting untuk mengumpulkan tokoh dari berbagai kalangan dan menyusun pesan kunci untuk disuarakan bersama.
“Pesan-pesan yang menaikan moralitas kita, mengajak kita untuk jadi sukarelawan, ‘ya sudah kita berbuat bagi negara kita deh, apapun yang kita bisa’. Itu betul-betul menyatukan. Nah, integrasi dari kekuatan bersama itu saya lihat belum dilakukan,” jelas Santi.
Sementara masyarakat umum, tambah Santi, berperan mengedukasi lingkungan masing-masing.
“Warga kita itu kalau dikasih tahu nggak bisa sekali dua kali. Harus berkali-kali. Nah yang kita lihat sekarang kan warga kita masih kelayapan brutal begitu ya. Bukan edukasinya nggak ada ya tapi nggak terjangkau (oleh mereka),” tutup kandidat doktor Universiti Sains Malaysia ini. [rt/ab]