Pegawai Rise and Shine Eggs, Jinda Holland, mengidap Sindrom Waardenburg dan tuli pada telinga kirinya. Awal-awal bekerja di peternakan itu, ia sebenarnya tidak suka berada di sekitar ayam. “Seiring waktu, giliran kerja saya semakin banyak di peternakan ini. Saya pun mulai menyukai ayam-ayam ini,” kata Holland.
Ia sebelumnya bekerja di industri pariwisata dan di sebuah pabrik, tapi tidak bertahan lama. “Mereka tidak memahami disabilitas saya, pendengaran saya, penglihatan saya, dan itu menjadi sebuah tantangan,” kata Holland tentang pekerjaannya dulu.
Gabi Kinsley juga pegawai Rise and Shine Eggs yang memiliki disabilitas.
Cukup lama ia memilih untuk tidak memberi tahu atasannya mengenai disabilitas yang ia miliki. Alasannya, agar tidak diperlakukan secara berbeda. “Yang jelas mereka tidak bilang ‘kami tidak ingin [mempekerjakan]mu karena kamu punya disabilitas’, tapi saya merasa seperti itu,” ungkapnya.
Keraguan Kinsley untuk mengakui disabilitasnya secara terbuka tidak mengherankan bagi Tracey Davis, seorang staf pembantu. “Sungguh membuat frustrasi bahwa kita memperlakukan orang-orang dengan disabilitas dengan sangat tidak hormat,” ungkap Davis.
Perlakuan buruk dan sedikitnya kesempatan bagi kelompok disabilitas mendorong pemilik Rise and Shine Eggs untuk membuat perubahan. Mereka mempekerjakan beberapa pegawai dengan disabilitas untuk mengerjakan berbagai tugas, dari membuat pagar, merapikan taman, hingga mengumpulkan, membersihkan, menyeleksi dan mengantarkan telur ke kota-kota sekitar.
Kakak-beradik Heather dan Alistair Pearce adalah pemilik peternakan tersebut. Heather adalah seorang terapis okupasi, sementara Alistair memiliki pengalaman di industri pertanian selama puluhan tahun.
“Saya rasa yang menjadi faktor penting adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak banyak dipekerjakan, orang-orang yang tidak punya pekerjaan padahal bisa bekerja dan dipekerjakan, tapi tidak pernah benar-benar diberi kesempatan sebelumnya,” imbuh Heather.
Bisnis peternakan mereka sangat sukses, bahkan berencana membuka yang kedua. “Nanti kami ingin mereka bisa melatih orang lain yang ingin bergabung dalam program ini dan menjalankannya melalui semacam program selama 12 minggu, jadi saya rasa ke sanalah tujuan kami,” kata Pearce.
Bagi orang dengan disabilitas seperti Holland, bekerja di peternakan telah mengubah hidupnya. “Pekerjaan ini memberi saya harapan, memberi saya pekerjaan, memberi saya sesuatu untuk dinantikan setiap harinya ketika pergi bekerja,” pungkasnya. [rd/jm]
Forum