Kementerian Luar Negei China, Kamis (21/11) menyatakan harapan bahwa hak kapal-kapal China bagi “navigasi normal” akan “dilindungi” setelah Finlandia dan Swedia memulai investigasi terkait putusnya dua kabel di bawah Laut Baltik. Insiden itu kemungkinan melibatkan sebuah kapal China.
Kabel C-Lion1, yang membentang antara Finlandia dan Jerman rusak pada hari Senin, sehari setelah kerusakan serupa terhadap kabel yang membentang di Baltik antara Lithuania dan Swedia. Insiden itu masing-masing terjadi di lepas pantai pulau Oland dan Gotland, Swedia.
Polisi Swedia telah memulai investigasi pendahuluan pada Selasa atas dugaan sabotase terhadap kasus kabel itu. Mereka mengatakan pada hari Rabu bahwa “polisi dan jaksa Swedia juga ingin tahu mengenai sebuah kapal yang terlihat di lokasi-lokasi terkait.”
Mereka tidak memberi rincian apa pun atau mengidentifikasi kapal yang dimaksud, tetapi mengatakan bahwa “kapal itu sekarang tidak berada di perairan Swedia.”
Investigasi resmi berlangsung sementara berbagai media melaporkan bahwa sebuah kapal berbendera China, Yi Peng 3, telah berada di daerah itu ketika insiden kabel terjadi.
Informasi pelacakan kapal dari situs Marine Traffic memperlihatkan kapal kargo curah sepanjang 225 meter itu tidak bergerak pada Rabu sore di lepas pantai Denmark di kawasan Baltik.
Ketika ditanya mengenai penyelidikan terhadap kapal itu dalam konferensi pers harian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengatakan ia tidak memiliki informasi mengenai situasinya, tetapi ia menyatakan komitmen China bagi “perlindungan infrastruktur di bawah permukaan laut.”
Secara terpisah, Lin menuduh Amerika Serikat “mengupayakan hegemoni” dan “keunggulan strategis absolut” setelah Anthony J. Cotton dari Komando Strategis menekankan peran penting pencegahan nuklir dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.
Dalam percakapan dengan Direktur Proyek Keamanan Dirgantara Kari Bingen pada hari Selasa, Cotton menekankan kebutuhan mendesak untuk memodernisasi arsenal nuklir Amerika Serikat guna mengatasi ancaman global yang terus berkembang, seraya mengutip musuh-musuh seperti Rusia dan Tiongkok yang semakin agresif.
Sebagai tanggapan, Lin mengecam pembangunan tiga serangkai nuklir Amerika Serikat – pesawat bomber, kapal selam dan rudal balistik antarbenua, dan memperluas pencegahan bersama dengan para sekutu.
“Ini telah sangat merusak stabilitas dan keseimbangan strategis global, meningkatkan persaingan dan konfrontasi militer, serta meningkatkan ancaman nuklir,” kata Lin. [uh/ab]
Investigasi resmi berlangsung sementara berbagai media melaporkan bahwa sebuah kapal berbendera China, Yi Peng 3, telah berada di daerah itu ketika insiden kabel terjadi.
Paling Populer
1
Forum