Militer Sudan dan kelompok paramiliter yang kuat, bertempur satu sama lain untuk menguasai negara itu di Afrika Timur.
Blinken dan Cleverly bertemu di Jepang, ketika para diplomat tinggi dari Eropa dan Amerika Utara mengadakan pertemuan untuk membahas krisis yang paling sulit diselesaikan di dunia – termasuk cara mengakhiri perang Rusia di Ukraina, menghadapi agresi Tiongkok terhadap Taiwan dan membujuk Korea Utara kembali ke pembicaraan perlucutan senjata nuklir.
Pertempuran sengit di Sudan yang melibatkan kendaraan lapis baja, senapan mesin yang dipasang di truk dan pesawat tempur, bergolak di ibu kota Khartoum, di kota Omdurman dan di titik-titik yang memanas lainnya di seluruh negeri itu.
Pasukan yang bermusuhan ini masing-masing memiliki puluhan ribu tentara di ibu kota.
Sedikitnya 41 warga sipil tewas hari Minggu. Jumlah korban tewas dalam dua hari menjadi 97, kata Sindikat Dokter Sudan pada hari Senin.
Bentrokan itu merupakan bagian perebutan kekuasaan antara Jenderal Abdel-Fattah Burhan, komandan angkatan bersenjata, dan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo, kepala kelompok Rapid Support Forces.
Blinken menyebut Dagalo sebagai "Hemeti," julukan yang diberikan kepada Dagalo di Sudan. Ia mendesak kedua jenderal itu untuk mengakhiri kekerasan secepat mungkin.
"Ada pandangan bersama yang kuat tentang perlunya jenderal Burhan dan Hemeti melindungi warga sipil dan nonmiliter, serta orang-orang dari negara ketiga, termasuk personel kami yang berada di Sudan," kata Blinken.
"Dan juga pandangan teguh dari semua mitra kami tentang perlunya gencatan senjata segera dan kembali ke dialog, pembicaraan yang sangat menjanjikan guna mengembalikan Sudan di jalur transisi penuh ke pemerintahan sipil."
Kedua jenderal itu adalah mantan sekutu yang bersama-sama mengatur kudeta militer Oktober 2021 yang menggagalkan transisi singkat Sudan menuju demokrasi.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga ikut berbicara tentang situasi di Sudan.
“Saya mengutuk pecahnya pertempuran yang terjadi di Sudan, dan meminta kepada para pemimpin Angkatan Bersenjata Sudan dan Rapid Support Forces untuk segera menghentikan permusuhan, memulihkan ketenangan, dan memulai dialog untuk menyelesaikan krisis," ucapnya.
"Situasi ini menelan banyak korban jiwa, termasuk warga sipil. Setiap situasi yang memanas lebih lanjut dapat menghancurkan negara dan kawasan.”
Ratusan orang luka-luka sejak pertempuran dimulai hari Sabtu, kata kelompok itu. Selain itu, puluhan pejuang diyakini tewas, menurut kelompok tersebut. [ps/jm]
Forum