Tautan-tautan Akses

Mahasiswa Pengungsi Ukraina Berbagi Cerita tentang Harapan


Siswa berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan diri di perbatasan Medyka setelah melarikan diri dari Ukraina, di Polandia, Senin, 28 Februari 2022. (Foto: AP)
Siswa berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan diri di perbatasan Medyka setelah melarikan diri dari Ukraina, di Polandia, Senin, 28 Februari 2022. (Foto: AP)

Mahasiswa kedokteran tahun terakhir di Ukraina, Dominic Oru, tinggal dua bulan lagi menyelesaikan gelarnya ketika pasukan Rusia menyerbu Ukraina.

Seperti ratusan orang lain dari kotanya, ia melarikan diri ke Rumania dan kembali ke Nigeria pada awal Maret. Sejak itu, Oru dan rekan-rekannya melanjutkan pembelajaran secara online. Pembelajaran daring itu ditempuh setelah reuni menyusul kepergian mereka secara tiba-tiba dari Ukraina.

“Pembicaraan utama kami adalah tentang bagaimana kami tidak bisa mengucapkan selamat tinggal satu sama lain karena kami pikir kami masih punya waktu. Semula akan ada upacara wisuda di mana kami akan berfoto bersama, dan lain sebagainya.”

Pengungsi dari berbagai negara - dari Afrika, Timur Tengah dan India - sebagian besar mahasiswa universitas Ukraina terlihat di penyeberangan pejalan kaki Medyka yang melarikan diri dari konflik di Ukraina, di Polandia timur pada 27 Februari 2022. (Foto: AFP)
Pengungsi dari berbagai negara - dari Afrika, Timur Tengah dan India - sebagian besar mahasiswa universitas Ukraina terlihat di penyeberangan pejalan kaki Medyka yang melarikan diri dari konflik di Ukraina, di Polandia timur pada 27 Februari 2022. (Foto: AFP)

Namun, Oru tetap berpengharapan tinggi, meski dia mengkhawatirkan keselamatan dosennya di Ukraina yang merangkap sebagai petugas cepat tanggap di garis depan.

Mengenai seorang dosennya, Dominic Oru berkomentar: “Dia terlihat sangat stres, sepertinya dia kurang tidur. Saya bisa melihat kantung mata di sekitar kedua matanya. Dalam kuliah yang diadakan pada hari Senin, sekitar 30 (menit) sebelum kuliah berakhir dia mendapat panggilan telepon dan harus berhenti memberikan kuliah.”

Pihak berwenang Nigeria mengatakan sekitar 8.000 warga negara itu berada di Ukraina ketika invasi Rusia dimulai pada tanggal 24 Februari. Sekitar 5.000 di antaranya adalah mahasiswa.

Mahasiswa baru jurusan kedokteran, Fatima Baffah, juga telah memulai pembelajaran secara virtual, untuk melanjutkan studinya besama teman-temannya. Namun, baginya, pembelajaran demikian berbeda dengan tatap muka langsung.

“Saya benar-benar berharap saya bisa berada di ruang kuliah secara fisik, bertemu dengan teman-teman saya, dan para dosen saya," katanya.

Orang tua Fatima mengatakan dia harus tinggal di luar Ukraina.

“Kami tidak bisa membawanya kembali ke tempat itu. Kami membutuhkan tempat di mana dia bisa belajar dengan tenang karena putri saya ini masih muda. Dia baru berusia enam belas tahun," ujar Sallah Baffah, ibu Fatima.

Dominic Oru dan rekan-rekannya sempat merencanakan pesta besar makan malam untuk merayakan kelulusan mereka. Namun, dia kini khawatir mungkin tidak akan pernah lagi melihat beberapa teman kuliah seangkatannya. [lt/rd]

XS
SM
MD
LG