Tautan-tautan Akses

NYC Bakery, Simbol Keharmonisan Antar Agama di AS


Toko kue Dejan Zivanovic Balkan di Washington DC. (Foto: VOA)
Toko kue Dejan Zivanovic Balkan di Washington DC. (Foto: VOA)

Sebuah toko roti yang terletak di pinggiran Long Island, New York, dianggap sebagai simbol keharmonisan antar-agama oleh penduduk dan media setempat. Pemiliknya adalah seorang warga Amerika keturunan Pakistan.

Ketika pemilik Beach Bakery Grand Café sebelumnya memutuskan menjual toko roti itu beberapa tahun lalu, berita itu mengkhawatirkan warga Westhampton Beach yang sebagian besar dihuni oleh warga Yahudi. Ini dikarenakan toko roti itu telah melayani kebutuhan makanan mereka selama hampir tiga puluh tahun. Salah seorang pelanggan, Eva Lubeck, mengatakan.

“Keluarga saya hanya makan makanan kosher (makanan yang disiapkan dengan mengikuti tata cara/adat istiadat Yahudi.red). Kami menyukai toko roti ini karena tidak ada lagi toko makanan kosher di daerah ini," kata Eva.

Sandwich daging adalah salah satu menu Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil, 6 Mei 2016. (Foto: AP)
Sandwich daging adalah salah satu menu Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil, 6 Mei 2016. (Foto: AP)

Komunitas Yahudi itu khawatir jika pemilik baru akan tetap mempertahankan atau mematuhi tata cara menyediakan makanan ala Yahudi itu atau tidak. Tetapi Rashid Sulehri yang membeli Beach Bakery and Grand Café itu pada tahun 2018 menepis keraguan itu dengan melangsungkan pertemuan bersama warga komunitas Yahudi dan memastikan bahwa ia tetap mempertahankan tata cara itu.

“Saya menyampaikan pidato di sinagog lokal di sana. Sekitar 800 anggota komunitas itu datang dan mendengarkan apa yang saya sampaikan. Pidato itu juga disiarkan secara langsung pada hampir 4,1 juta penonton. Kami memiliki sertifikat kosher dan siapa pun dapat datang, melihat langsung apakah kami kosher atau tidak," kata Rashid.

Sementara Rashid mempertahankan kosher di toko roti itu dengan mematuhi Kashrut (aturan hukum Yahudi tentang kesesuaian makanan, penggunaan benda-benda ritual dan lainnya.red), ia juga memastikan agar persiapan makanan memenuhi standar halal sesuai keyakinan agama Islam yang dianutnya.

“Perbedaan utama antara makanan kosher dan halal adalah pada cara menangani dan mempersiapkan daging. Jadi kami memutuskan untuk menghilangkan penggunaan daging dari daftar menu kami. Jadi jika kita tidak menyajikan daging, produk susu dan produk vegetarian, selama memenuhi persyaratan kosher maka makanan itu secara otomatis halal. Hal menantang lainnya adalah soal minuman beralkohol. Jadi kami juga memutuskan tidak menyajikan alkohol," kata Rashid.

Setelah perubahan ini, bersamaan dengan basis pelanggan Yahudi yang besar, komunitas Muslim di daerah itu pun mulai berduyun-duyun mengunjungi toko roti itu.

“Ketika anak-anak saya mendengar tentang tempat ini, kami merasa seharusnya kami juga datang berkunjung," kata Tahira.

Hal senada juga dikatakan pengunjung lainnya, Kevin. “Sebagian besar makanan atau barang disini tidak dapat ditemukan di tempat lain," katanya.

“Para pelanggan saling bertemu dan berbicara. Mereka berusaha memahami satu sama lain. Dan itulah yang membuat toko roti ini begitu dihargai di komunitas ini," kata Rashid.

Dengan makanan kosher dan halal ini, Beach Bakery and Grand Café telah menjadi contoh integrasi agama di kawasan Westhampton Beach. Tetapi bagi pemilik toko roti itu, sebagaimana juga restoran atau toko populer lainnya, makanan lezat adalah alasan terbaik mengunjungi toko roti itu. [em/jm]

XS
SM
MD
LG