Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada Siprus Yunani untuk berhenti bermimpi bahwa 35.000 pasukan Turki akan meninggalkan pulau yang terbagi itu.
"Inilah impian mereka, mereka harus bangun dari mimpi ini dan mereka harus meninggalkan mimpi ini," katanya hari Kamis di perundingan damai yang disponsori PBB di Crans-Montana, Swiss.
Cavusoglu mengatakan putaran perundingan sekarang ini harus menjadi upaya terakhir untuk menyelesaikan perselisihan mengenai Siprus yang sudah puluhan tahun.
"Kami tidak bisa terus berunding selamanya," kata diplomat Turki itu. Rekan Yunaninya, Menteri Luar Negeri Nikos Kotzias mengatakan pihak Turki telah berulang kali mengulangi posisi yang sama.
Siprus Yunani menuntut agar pasukan Turki pulang ke negaranya merupakan salah satu hambatan utama dalam kesepakatan untuk menyatukan kembali pulau di Laut Tengah itu setelah 43 tahun.
Pasukan Turki menyerang Siprus pada Juli 1974, setelah terjadi kudeta di Nikosia bertujuan untuk menyatukan pulau dengan Yunani. Sejak itu, Siprus menjadi dua pemerintahan, yaitu Siprus Yunani di selatan dan Siprus Turki di utara, yang dipisahkan oleh penjaga perdamaian PBB.
Hanya Turki yang mengakui Siprus Turki, sementara Siprus Yunani menikmati pengakuan internasional dan manfaat dari Uni Eropa.
Penduduk Siprus Turki menginginkan pasukan Turki terus berada di sana menjaga keamanan mereka; sedang pihak Siprus Yunani di Nikosia mengatakan bahwa kehadiran tentara Turki yang terus berlanjut merupakan ancaman bagi stabilitas.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres berencana hadir dalam perundingan di Swiss hari Jumat dengan harapan perundingan bisa berjalan terus. [ps/al]