Tautan-tautan Akses

Tim VOA di Red Carpet Oscars 2014. Dari kiri ke kanan: Ian Umar, Ningrum Spicer, Irfan Ihsan.
Tim VOA di Red Carpet Oscars 2014. Dari kiri ke kanan: Ian Umar, Ningrum Spicer, Irfan Ihsan.

VOA Is Back On The Red Carpet

Reporter VOA Ian Umar dan Irfan Ihsan beserta juru kamera Ningrum Spicer berada di Hollywood untuk melaporkan jalannya ajang penghargaan bergengsi Academy Awards ke-86.

Cek terus untuk mendapatkan update terbaru dari Hollywood! Ikuti juga linimasa kami di Twitter @voaindonesia dan #VOAOscars
Ian: Joshua, pemirsa VOA punya pertanyaan untuk Joshua dari Facebook. Pertanyaan pertama dari Nova Novriandi Pudolli. terima kasih kepada Anda karena sedikit membuka keran sejarah bangsa indonesia,tapi saya mau bertanya kepada anda,bagaimana caranya kami sebagai bangsa indonesia bisa percaya dengan isi film anda? sedangkan kami sendiri kebingungan memilih mana yg benar "pengakuan algojo" atau "buku sejarah G-30s."
Joshua:Dalam ‘The Act of Killing’ Anda lihat para pelakunya sendiri mengaku, menunjukkan apa yang mereka telah lakukan. Sebagai respon terhadap ‘The Act of Killing,’ Majalah Tempo mengeluarkan edisi khusus ganda di mana mereka mengirim 16 wartawan ke berbagai tempat di Indonesia untuk mengecek apakah yang ditampilkan di film ‘Jagal’ itu betul dan bertemu dengan para pelaku lain yang mau mengaku. Mereka menunjukkan bahwa ‘The Act of Killing’ adalah eksperimen yang dapat diulang kembali.

Apa yang dilakukan oleh para pelaku adalah sesuau yang dapat ditemukan di seluruh Indonesia, bukan hanya di Sumatera Utara. Dan para pembunuhnya sendiri, Anwar Congo, Adi Zulkadry, telah mengatakan mereka tahu bahwa G30S/PKI adalah sebuah kebohongan, buku sejarah telah berbohong. Tapi walaupun itu kebohongan, kebohongan itu adalah satu-satunya yang membuat mereka merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Jadi para pelakunya sendiri telah mengaku. Mereka tidak dituduh oleh korban, mereka sendiri menunjukkan apa yang telah mereka lakukan. Majalah Tempo sudah memastikan kebenaran pengakuan mereka dan lebih dari itu, mereka, para pelakunya sendiri sudah mengatakan propaganda tersebut adalah sebuah dusta.

Dalam film, Anda lihat agama diangkat beberapa kali. Salah satunya pada adegan adzan, saat Anwar mendengar suara adzan dan mengatakan pria yang melakukan adzan adalah seorang komunis dan seharusnya dibunuh. Untungnya dia tidak diserahkan ke Anwar, karena kalau itu terjadi ia pasti dibunuh. Bahwa dibilang kalau semua orang komunis adalah atheis, itu hanyalah topeng. Coba lihat bagaimana para pelaku dalam beragama. Kita lihat di film bagaimana para Pemuda Pancasila, Yapto Soerjosoemarno, bercanda dengan teman-temannya mengenai seorang pelacur yang berhubungan seks oral dengan enam pria. Mereka membuat lelucon tentangnya, mereka menghina sang perempuan dan mereka memulai sholat.

Ini adalah contoh praktek agama yang munafik, di mana Anda lihat agama digunakan sebagai topeng oleh para pelaku bukan oleh para korban. Ini terutama akan jelas dalam film baru saya, The Look of Silence, kami masih belum punya judulnya dalam Bahasa Indonesia. Film ini memberikan potret intim sebuah keluarga korban dan bagaimana mereka memandang para pelaku.

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG